Tumbuh dan besar di keluarga tani membuat saya akrab dengan tempat bernama ladang. Bahkan keluarga besar saya hampir semua menjadi tani. Lingkungan itulah yang juga mempengaruhi pola pikir keluarga besar saya tentang sesuatu bernama pendidikan. Bagi kebanyakan keluarga saya tidak ada yang lebih penting selain menjadi petani sukses. Dan ladang menjadi salah satu sarana menuju kesuksesan tersebut.
Di ladang keluarga saya hanya tanaman itu-itu saja yang ditanam. Kentang, Kubis, Cabai, Wortel, dan kadang Jagung. Mungkin bisa dipahami juga karena faktor tanah dan cuaca tidak memungkinkan untuk ladang kami ditanam berbagai macam sayuran atau buah yang sering saya angankan bisa ditanam seperti jeruk, kol, duku, nanas, tomat dan lainnya.
Saat mengunjungi ladang ketika saya kecil dulu saya sering sekali merasakan senang yang luar biasa. Karena saya akan melihat banyak tanaman yang sedang tumbuh. Juga kadang saya melihat buah yang tumbuh dan sedang berbuah seperti pisang dan juga jambu. Bapak yang menanam pohon pisang dan jambu tersebut.
Kalau sedang musim panas biasanya di ladang kami ditanam jagung. Dan batang jagung yang kami sebut dengan tebon sangat manis sekali kalau dimamah. Sedangkan jagungnya kadang kami bakar di ladang atau kami bawa pulang untuk dibakar atau direbus dirumah. Kenangan paling mengasikan adalah ketika kami menemukan sarang burung di pohon yang tumbuh di ladang kami. Karena jelas saja burung itu akan menjadi milik kami dan kami pelihara.
Namun tak jarang ladang yang memberikan penghidupan bagi kami justru menjadi duka bagi kami. Yaitu saat tanaman yang sudah kami tanam ternyata gagal panen, entah karena hama atau faktor cuaca, yang menyebabkan tanaman yang sudah kami rawat dan kami jaga tidak sesuai dengan yang kami harapkan.
Bagi kami ladang adalah harta yang sangat berharga. Apa artinya seorang petani tanpa ladang. Meskipun bisa saja kita menjadi buruh tani yang bekerja pada tani lainnya. Namun memiliki sebuah ladang dan menggarap sendiri adalah impian semua tani.
Petani, sebuah profesi yang sering diremehkan. Namun banyak jasa yang tidak atau bahkan jarang diakui jasa-jasanya. Berbahagialah para petani yang hidup dari keringat sendiri.
Wonosobo, 30 Januari 2019