Terakhir kali saya membeli mainan yaitu saat saya kelas satu SMP, atau mungkin sekitar akhir kelas enam, saya sudah lupa persisnya. Mainan yang saya beli waktu itu adalah mobil-mobilan yang waktu itu terkenal dengan sebutan Tamiya. Satu lagi jenis mainan gasing yang bernama beyblade. Dua mainan itu adalah mainan terpopuler waktu itu, karena film kartun tentang dua benda tersebut selalu diputar dihari Minggu.
Bapak Ibu saya termasuk orang tua yang sangat pemurah, hampir setiap apa yang saya minta selalu dibelikan, meskipun tidak langsung dibelikan. Termasuk dalam hal membeli mainan, apapun yang saya minta kalau ada rejeki akan dibelikan, kalaupun belum ada rejeki Bapak akan memenuhi janjinya beberapa hari kemudian untuk membelikan saya mainan yang saya minta.
Mainan yang sampai sekarang masih ada dan paling berkesan bagi saya adalah lokomotif kereta api. Yang dibelikan Bapak sampai ke Magelang. Dan dulu yang mempunyai mainan kereta api tersebut diantara teman-teman saya hanya cuma saya, jadi ada rasa bangga ketika saya mempunyai mainan tersebut. Mainan yang bahkan sampai sekarang masih ada.
Dimasa kecil, saya banyak sekali mempunyai mainan, dari mobil-mobilan, boneka macan, bola, dan mainan lainnya. Baik itu membeli, dikasih, atau hadiah membeli sandal atau sepatu. Yang jelas dimasa saya kecil untuk kebutuhan mainan saya Alhamdulillah tercukupi. Kalaupun tidak punya adalah mainan yang sering terlihat di iklan televisi yang hanya bisa dibeli di mall-mall.
Pernah suatu ketika saya mendapati teman saya yang tidak punya mainan, melihat kami sedang bermain dengan miananya masing-masing dia cuma bisa menonton. Dan entah mengapa diusia saya yang masih kecil saya bisa merasakan betapa inginnya dia memiliki mainan seperti kami, saya memang tahu latar belakang keluarganya seperti apa, sehingga belum memungkinkan untuk orang tuanya membelikan mainan yang sama seperti kami. Apa yang terjadi, dengan senang hati saya meminjamkan mainan tersebut, agar paling tidak dia merasakan seperti apa rasanya memainkan mainan yang belum bisa dimilikinya. Kebaikan yang ternyata membawa petaka, karena mainan yang saya pinjamkan rusak ditangannya.
Saat SD saya juga sering membeli mainan, dan yang saya beli tak jauh dari mobil-mobilan dan sejenisnya hanya saja dengan tampilan baru. Seiring berjalannya waktu mainan semakin baru dengan berbagai desain yang unik. Tentu dengan lebel yang sama bahkan hingga sekarang. Made in China.
Hingga suatu saat Bapak mengatakan kepada saya, bahwa saya sudah tidak boleh membeli mainan lagi karena sudah bukan anak kecil lagi. Dalam hati saya ingin memberontak namun ucapan Bapak dikeluarga saya adalah fatwa yang sudah tidak bisa dilawan. Dengan berat hati saya harus mengiyakan apa yang menjadi keputusan Bapak. Mulai saat itu saya sudah tidak pernah membeli mainan lagi, tepatnya setelah saya membeli mainan Tamiya dan Beyblade.
Film Toys Story sudah saya tonton beberapa seri, san entah kenapa setiap menonton itu saya selalu terbayang mainan saya yang dulu, yang bahkan entah kemana dan dimana. Andai mereka benar-benar bisa berbicara dan mempunyai perasaan apakah mereka akan mengingat masa-masa yang sudah pernah kita lakukan dulu, dan jika benar apakah mereka merasa terabaikan oleh saya, karena saya juga lupa saya kemanakan mainan-mainan tersebut. Entahlah yang jelas semuanya memberikan ingatan kepada saya, bahwa mereka telah mewarnai masa kecilku.
Wonosobo, 20 Januari 2019
0 Komentar