• Home
  • Twitter
  • Facebook
MENU

Catatan Penulis Jalanan

Menu
Catatan Penulis Jalanan Coretan Dari Pojok Jendela Dunia

Dari Pojok Jendela Dunia

Coretan
Salah satu anugrah yang diberikan Allah pada saya adalah gemar membaca. Tidak semua orang bisa mendapat anugrah ini. Bahkan, kutu buku bisa dikategorikan sebagai makhluk langka.
Lewat membaca saya mampu membayangkan betapa peperangan mampu menghancurkan sebuah peradaban besar. Misalnya Perang Paregreg (Majapahit) yang mengawali kehancuran imperium besar ini. 
Lewat membaca, saya juga bisa membayangkan seorang Leonardo Da Vinci, yang mempunyai penyakit dislexia tapi mampu membuat sketsa pesawat terbang. Padahal saat itu bisa dibilang belum modern hingga beberapa abad kemudian pesawat terbang baru bisa diciptakan.
Lewat membaca saya membayangkan kokohnya benteng Khaibar yang bisa ditaklukan oleh pasukan muslim. Saya juga bisa membayangkan bagaimana karya besar seperti Ihya Ulumuddin, Al Hikam, Ta’lim Muta’alim ditulis oleh ulama-ulama besar.
Saya seakan ikut merasakan betapa cerdasnya Sultan Muhammad Fatih memimpin perang selama 53 hari hingga mampu menembus benteng Konstantinopel. Hati ini menangis membayangkan pembantaian Imam Husein cucu Baginda Nabi Muhammad SAW yang dibantai di padang Karbala sambil memegang putra kesayanganya.
Juga, saya bisa merasakan semangat menjalar ke seluruh tubuh manakala membaca pidato Bung Tomo atas suruhan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari.
Saya masih ingat, awal mula suka membaca buku adalah saat saya memasuki kelas empat SD. Buku yang merangsang gairah membaca saya saat itu, hingga berkai-kali saya pinjam dari perpustakaan sekolah, adalah Naik Haji Bersama Ayah Ibu.
Buku ini berkisah tentang keluarga yang begitu ingin menjalankan ibadah haji hingga rela menjual tanah warisan. Akhirnya keluarga tersebut bisa berangkat ke tanah suci, termasuk bocah laki-laki yang menjadi karakter utama dalam buku ini.
Entah kenapa saya begitu iri akan tokoh anak kecil tersebut. Di usianya yang masih kanak-kanak, ia sudah bisa menjejakkan kaki di tanah suci. Sedangkan saya, sampai saat ini masih menunggu panggilan dari Allah.
Kegemaran saya membaca menjadi barang langka di antara teman-teman saya yang lebih memilih hobi sepak bola, bulu tangkis, boneka dan lain-lain. Hobi yang wajar bagi anak jaman 90an waktu itu. 
Itu pula yang terkadang membuat saya minder. Karena, rupanya kegemaran membaca membuat saya seolah lain dari yang lain, atau bisa dibilang “aneh”. Hingga akhirnya, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan mulai saya tinggalkan demi menghindari sebutan anak aneh.
Sewaktu masuk SMP, hasrat itu mulai tumbuh kembali. Saya menjumpai beberapa teman sekelas yang juga suka membawa buku ke sekolah. Hal itu lantas menumbuhkan minat baca saya yang sempat terpendam. Mulai saat itulah kebiasaan membaca membawa saya pada julukan anak yang “unik”, evolusi dari kata “aneh”.
Kebiasaan berkunjung ke perpustakaan sekolah mulai saya lakukan kembali. Saya mulai akrab dan bersahabat lagi dengan buku-buku. Ada kerinduan mendalam antara saya dan mereka. Saya mulai menikmati keunikan tersebut.
Saat SMP, ada satu buku yang saya suka, yaitu tentang biografi Soeharto. Saya masih ingat, banyak istilah yang belum saya pahami muncul dalam buku tersebut, seperti Krismon (Krisis Moneter), Reformasi, dan Gerakan Cinta Rupiah. Kelak, saya juga akhirnya tahu bahwa pada masa Suharto, buku-buku Pramoedya Ananta Toer dilarang beredar.
Beranjak Aliyah (setara SMA) saya mulai dituntut untuk tahu banyak, karena saya bersekolah di tempat yang agak dekat dengan kota. Pada masa Aliyah itulah saya mengenal surga buku-buku dari Perpustakaan Umum Daerah Wonosobo.
Di perpustakaan tersebut banyak sekali buku yang bisa dipinjam oleh para anggota. Semenjak itulah, setiap hari Sabtu, saya rutin mengunjungi perpustakaan tersebut.
Saat sekolah, saya selalu antusias dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Sebab, guru-gurunya akan membahas karya sastra. Selain itu, banyak tugas yang menyenangkan, misalnya membuat cerpen. Saya selalu mendapat nilai bagus untuk tugas-tugas mata pelajaran ini.
Saya masih ingat, suatu waktu guru menugaskan para siswa untuk meresensi novel Ayat- Ayat Cinta. Ini judul buku yang sudah saya kenal sejak SMP namun baru sempat saya baca saat Aliyah. Itulah awal cerita bagaimana saya menggemari karya Habiburrahman El-Shirazy.
Kegemaran membaca tetap berlanjut hingga saya lulus Aliyah. Bahkan hingga kini, jujur saya menikmati diri saya sebagai seorang kutu buku.
Banyak hal menarik yang bisa saya dapatkan dari lembaran buku. Buku yang saya sukai adalah seputar sastra, sejarah, dan filsafat. Buku-buku tersebut menjadi teman setia saya setiap ada waktu.
Saya tahu, minat baca di negeri ini sangat minim, paling rendah di Asia Tenggara bahkan di Asia. Soal sastra saja, anak negeri ini kalah dengan anak kelas 4 SD di Jepang dan Singapura.
Anak-anak di negara seperti Filipina, Brunei, Malaysia, Singapura lebih akrab dengan karya-karya Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia yang namanya beberapa kali masuk nominasi Nobel Sastra, dibanding dengan anak-anak di negara asalanya Pram sendiri, Indonesia.
Saya sendiri baru mengenal sosok Pram di tahun 2013, lewat cerita seorang teman penggemar buku. Saya begitu tertarik dengan Bumi Manusia yang menceritakan seorang Perempuan tangguh bernama Nyai Ontosoroh, seorang didikan Belanda yang sangat kritis.
Juga Minke, pribumi yang sangat gemar menulis. Bumi Manusia sampai saat ini masih melekat dalam ingatan saya sebagai karya sastra yang harus dibaca generasi muda.
Sebenarnya, banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dari membaca, selain mengamalkan perintah Quran (ayat pertamanya dimulai dengan perintah Iqra’: Bacalah). Saya juga mendapat ilmu yang banyak dari kegiatan ini. Saya selalu berharap apa yang saya lakukan bermanfaat untuk saya dan orang di sekitar saya.

pernah dimuat di Qureta.com
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn
Catatan Penulis Jalanan

Catatan Penulis Jalanan

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
0 Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Label

  • Cerpen
  • co
  • Coretan
  • Puisi
  • Resensi

Popular

  • Salamku Padaku Dimasa yang Akan Datang
    Kepada H. Muhammad Imam Farouq dimanapun engkau berada, si tempat terbaik di dunia ini yang telah dipilih Allah untukmu. Assalamual...
  • Karena Saya Lelaki Butuh Pendamping Hidup
    Dahulu saya pernah berpikir andai saya bisa menikah muda, punya keluarga bahagia san punya anak-anak yang lucubdi usia yang masih muda, mel...
  • Andai Aku Bisa Bertemu Dengannya
    Kalau saja bicara soal muslim dan ditanya siapa orang yang ingin saya temui tentu andai bisa saya ingin bertemu dengan Nabi Agung Muhammad,...
  • Hikmah Sebuah Kehilangan
    Semua orang pasti pernah merasakan yang namanya kehilangan, bahkan anak kecil yang belum baligh akan merasakan kehilangan dan merasakan sed...
  • Sakit #Hari_24 #30HariBercerita
    Satu kali saya masuk rumah sakit. Dirawat beberapa hari dan rasanya sungguh tidak enak. Untungnya sakit yang saya derita bukan macam peny...
  • Meja #Hari_25 #30HariBercerita
    Saya punya ingatan yang begitu membekas tentang sebuah meja. Sewaktu SD saya mendapatkan meja dengan penuh coretan. Coretan itu ada yang ...
  • Celana Jeans #Hari_12 #30HariBercerita
    Begitu melihat orang dewasa memakai celana jeans rasanya sangat gagah dan keren. Begitulah masa kecil saya saat melihat mereka yang mengen...
  • Liburan #Hari_21 #30HariBercerita
    Kalau didunia ini ada orang yang tidak peduli dengan liburan ke luar kota itu adalah saya. Saya paling tidak peduli dengan yang namanya l...
  • Dunia Maya yang Begitu Nyata
    Dunia Maya yang Begitu Nyata
    kompasiana.com Sebagai warga Negara yang kini berprofesi sebagai Petani kentang di Lereng Dieng, kehidupan ini cukup membuatku bahagia....
  • Masjid #Hari_13 #30HariBercerita
    Rumah pertama saya sangat dekat dengan masjid, bahkan saking dekatnya ketika ada suara adzan akan sangat terdengar nyaring. Juga ketika a...

recent posts

Copyright © Catatan Penulis Jalanan All Right Reserved - Created by Rifqi