Judulnya adalah "Naik Haji Bersama Bapak Ibu" itulah buku yang membuat saya senang membaca. Pertama kali meminjam di perpustakaan sekolah dasar. Buku tersebut bersampul kuning dengan gambar anak kecil dan kedua orangtuanya yang sedang thawaf disekitar Kabah. Sampai sekarang saya masih ingat, dan sudah pernah mencari buku tersebut disekolah dasar tempat saya dulu, namun tidak pernah menemukan.
Ada rasa yang entah saya tidak tahu apa namanya, semacam kerinduan yang dalam mungkin, terhadap buku yang membuat saya senang membaca tersebut. Beberapa kali mencari di internet juga tidak pernah ketemu. Saya lupa siapa penulisnya dan juga penerbit mana. Yang saya ingat hingga kini adalah warna sampul, gambar sampul, dan judulnya.
Berawal dari buku tersebut saya banyak belajar untuk membaca buku yang lainnya. Setiap hari kamis dimana kami meminjam dan mengembalikan buku saya selalu mencari buku-buku lainnya. Dari yang hanya sekedar cerita rakyat, cara bercocok tanam, bahkan atlas dunia, atau RPUL. Ada hal yang saya sukai selepas membaca buku, rasa ingin menceritakan isi buku yang telah saya baca kepada teman-teman. Dan hal tersebut berlangsung hingga kini.
Disekolah menengah saya mulai senang membaca buku biografi, saya meminjam buku biografi Soeharto yang berisi banyak gambar. Bukunya sangat tebal, dan yang paling saya ingat adalah gambar-gambar yang ada didalamnya. Soeharto banyak berfoto bersama para presiden dari berbagai negara dibeberapa kunjungannya ke luar negeri. Juga biografi tokoh bernama Mahatma Gandhi.
Menginjak masa Aliyah saya banyak dikenalkan dengan novel-novel oleh guru bahasa Indonesia saya. Seperti karya Ahmad Tohari, N.H Dini, A.a Navis, Sutan Takdir Alisjahbana, tanpa saya diperkenalkan dengan sastrawan Indonesia yang besar seperti Pramoedya Ananta Toer. Nama belakang justru saya ketahui saat saya banyak aktif dikegiatan organisasi. Dimasa Aliyah pula saya mengenal tempat bernama Perpustakaan Daerah Wonosobo, dan dari situ saya bergabung menjadi anggota hingga sekarang untuk menikmati berbagai macam buku saat saya sedang tidak ada bacaan baru.
Hidup dan tumbuh dilingkungan keluarga petani tidak mudah bagi saya untuk mendapatkan buku. Banyak hobi teman-teman saya yang jauh dari hobi membaca juga mengoleksi buku. Hingga mendapatkan buku ditengah keluarga dan lingkungan saya memang sangat sulit. Ketika saya mendapat uang saya akan menyisikan beberapa untuk membeli buku. Saya akan sangat senang jika di kota saya yang jarang toko buku ada bazar buku dengan berbagai macam judul. Namun hal tersebut menjadi petaka ketika saya sedang tidak ada uang, alhasil yang bisa saya lakukan adalah hanya melihat-lihat buku tanpa bisa membelinya, dan itu adalah hal paling menyedihkan bagi saya.
Saya banyak mendapat buku dari membeli online, atau kalau sedang berada di kota yang ada toko buku saya akan menyempatkan untuk mampir dan membeli buku. Juga sangat senang mencoba peruntungan dari giveaway buku, bagi saya buku gratis adalah nikmat yang luar biasa.
Hingga sekarang entah mengapa saya selalu menyukai buku, ditengah masyarakat yang sebenarnya memandang buku sebagai benda yang bahkan tidak masuk kategori barang primer atau sekunder. Namun ditengah tantangan seperti itu, saya justru semakin menggilai benda tersebut. Dan saya selalu percaya bahwa menghabiskan waktu paling indah adalah bersama buku, juga untuk aset masa depan anak dan cucu.
Wonosobo, 27 Januari 2019
0 Komentar