Dahulu saya selalu mendengar cerita dari orang tua tentang betapa mistisnya Dieng. Tidak kudengar bahwas Dieng adalah tempat dengan ketinggian sekian meter, dikenal juga dengan negeri diatas awan, atau segala sesuatu tentang keindahan yang sekarang banyak dikenal orang.
Pertama kali saya ke Dieng saat masih di kelas TK. Bapak mengajak saya untuk melihat candi Dieng, Sumur Jalatunda, Dan Kawah Sikidang. Bayangkan pertama kali saat melihat candi adalah tak ada kesan yang luar biasa, padahal sebelumnya Bapak selalu bercerita bahwa candi adalah bangunan yang sangat luar biasa. Saya menganggap bahwa candi adalah bangunan yang luar biasa ketika saya suka membaca buku sejarah.
Dengan membayangkan Dieng dulu dan sekarang sangat beda jauh. Dahulu Dieng ketika musim dingin cuaca yang dirasa sangat dingin, sekarang lebih lagi. Namun dulu saat Dieng musim panas tetap terasa dingin, sekarang dimusim panas sudah tak sedingin dulu. Cuaca disini benar-benar sudah tak bisa diprediksi. Sekaligus menjadi musuh utama para petani disini.
Melihat Dieng dahulu saya seperti melihat keindahan yang nyata, dimana masih banyak pohon hijau yang banyak tumbuh disekitar jalan-jalan. Juga banyaknya kentang yang masih berbuah besar dibandingkan kini yang sudah terpengaruh pestisida. Keramahan juga banyak ditemui dari orang-orang yang berpapasan, sekarang sudah jarang ditemui hal semacam itu. Dieng kini tumbuh menjadi tempat yang asing, rumah-rumah megah banyak berdiri, ladang berubah menjadi beton, keramah tamahan hilang. Tempat yang dulu saya kenal indah kini hanya tinggal kenangan.
Seiring dengan berjalannya waktu setiap tempat pasti akan menjadi berbeda dari sebelumnya. Namun saya tidak mengira bahwa perubahan yang terjadi pada Dieng akan sebegitu cepatnya dan sebegitu drastisnya. Saya masih berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi, kalaupun nyata saya juga masih berharap bahwa masih ada kesadaran beberapa orang untuk tidak menjadikan Dieng lebih berubah lagi, masih ada orang yang mempunyai hati nurani untuk membiarkan Dieng seperti selayaknya sebuah desa bukan sebuah kota.
Wonosobo, 23 Januari 2019
0 Komentar