Kira-kira umur 9 tahun saya belajar naik sepeda, saya lupa kelas berapa saat saya belajar naik sepeda yang jelas waktu itu sudah SD. Dahulu saya sangat ingin sekali punya sepeda bermerek WimCycle. Itulah sepeda yang saya inginkan karena sering melihat di televisi. Namun hingga kini impian itu tidak pernah terwujud.
Saat pertama kali berlatih saya menggunakan sepeda milik sepupu saya. Sepeda itu berwarna putih dengan arsen ungu dan hitam pada bagian badan sepeda. Pak Lik melatih saya dengan sabar, tidak peduli sepeda itu sering saya jatuhkan. Dan dari berlatih itu sudah berapa kali saya jatuh, namun pelajaran yang didapat adalah seberapa kita kuat untuk bangun agar kita bisa menaklukkan sebuah tantangan.
Setelah saya bisa menaiki sepeda tersebut akhirnya saya mulai berani untuk berjalan di jalan desa. Jalan desa kami cukup lebar hingga sering sekali anak-anak bermain sepeda dijalan tersebut. Bahkan tak jarang kami mengadakan lomba balap sepeda, tentu saja banyak yang jatuh dan menangis, namun itu tak menjadikan itu sebuah alasan untuk keesokan harinya kami mengadakan acara serupa.
Pernah suatu ketika saya meminjam sepeda milik teman saya. Saat saya sedang menaikinya tiba-tiba rantainya terlepas. Saya yang ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa ditambah saya dibuat panik oleh teman-teman, saya menangis dan teman yang saya pinjami bilang gimana caranya rantai itu harus dibenarkan, kalau tidak saya mau diadukan kepada bapaknya. Masa itu ketika dalam sebuah permainan dan ada sebuah insiden kecil dan korban melaporkan apa yang menjadi insiden tersebut kepada orang tuanya sudah sangat membuat pelaku ketar ketir, bahkan saking takutnya biasanya beberapa hari tidak akan ikut bermain bersama. Akhirnya rantai sepeda yang terlepas dibetulkan oleh kakak saya, tentu dengan sambil memarahi saya.
Kadang merindukan masa itu, saat melihat anak-anak sedang bermain sepeda. Saya juga selalu merasa iba apabila masih melihat anak yang belum punya sepeda dan demi meminjam sepeda milik temannya ia harus rela mengikuti sepeda dan sang tuanya kemanapun ia pergi, mengejar sepeda tersebut yang bahkan belum tentu mendapatkan pinjaman. Saya pernah merasakan hal itu dimasa kecil, dan ternyata masa kini masih ada kejadian seperti itu.
Sepeda membawa ingatanku berlari, hingga lamunanku tersadar, sudah sejauh mana saya berlari mengejar impian, untuk ku kayuh menjadi sebuah kenyataan.
Wonosobo, 14 Januari 2019
0 Komentar