Setiap manusia pasti pernah merasakan sesuatu bernama sepi. Bahkan kadang mendefinisikan sebuah kata tersebut saya susah, mengalami dan merasakan sepi dan kemudian diungkapkan dengan kata-kata rasanya tak cukup untuk menggambarkan rasa sepi itu sendiri.
Bahkan sepi menurutku juga punya arti yang berbeda seiring dengan bertambahnya usia. Dahulu saat saya masih kecil, saya merasakan sepi saat tidak ada teman bermain. Rasa sepi diwaktu saya kecil bisa segera teratasi manakala ada teman-teman yang sedang lewat didepan rumah dan kemudian saya mengikuti mereka untuk bermain. Atau mengalihkan perhatian dengan mainan yang saya miliki. Menginjak usia remaja rasa sepi itu lebih disebabkan karena tidak ada teman berbagi cerita, dan masa itu rasa sepi menjadi hal paling membosankan, saya rasa antara sepi dan bosan hanya berjarak sebatas kertas. Dan dimasa kini sangat sulit bagi saya untuk mendefinisikan sebuah kata sepi, bagi saya sepi kini sangat tidak enak, sebuah rasa yang bahkan tak ingin saya rasakan.
Namun ada juga orang-orang yang menjadikan sepi sebagai teman, bahkan tak jarang lewat persahabatan mereka seseorang tersebut bisa menghasilkan karya atau sesuatu. Bahkan banyak orang yang jenuh dengan keramaian justru dengan sengaja mencari kesepian, dengan alasan lain mencari kedamaian, apakah benar dengan sepi orang bisa merasakan kedamaian?, lagi-lagi arti kata sepi berbeda bagi tiap orang.
Saya beberapa kali menikmati kesepian, namun saya tak ingin mengulangi lagi. Nikmat dalam sebuah kesepian yang saya rasakan tak senikmat keramaian bersama keluarga yang saya rasakan, jelas itu berbeda.
Hingga kini saat merasa sepi saya sendiri bingung, apakah ini wajar, memang ini datang secara alami atau justru saya yang menciptakan sepi itu sendiri. Ataukah rasa sepi yang saya rasakan rasanya sama seperti yang orang lain rasakan?, pertanyaan ngawur yang terlintas dalam sebuah rasa bernama sepi, saya kira hanya kesepian itu yang bisa menjawab, bersama sang maha sepi tentunya.
Wonosobo, 11 Januari 2019
0 Komentar