![]() |
| detikbuzz.com |
Ketika generasi kekinian lebih menikmati budaya barat dibanding budaya Indonesia, kita patut merasakan galau tingkat Internasional. Budaya Barat dianggap lebih maju dibanding budaya kita yang menurut generasi kekinian tidak modern lagi.
Genersasi sekarang adalah generasi yang akan datang, bahkan kitalah yang diharapkan akan memimpin bangsa ini di masa yang akan datang, dan apa jadinya jika generasi yang akan datang dimpimpin oleh orang yang tidak tahu akan kebudayaan bangsanya dan juga jati diri bangsanya? Malu dong sama Naruto. Kenapa Naruto?
Kita ingat tokoh Naruto, sosok Ninja dari Desa Konohagakure yang bercita-cita menjadi Hokage (Posisi Tertinggi dalam Desa Konoha setara dengan posisi Kazekage, Tsucikage dalam Desa Sekitarnya). Naruto, tokoh fiktif ini, sangat cinta akan Desa Kelahiranya yaitu Konohagakure.
Hal yang sangat menarik dari Naroto adalah kegigihanya dalam mencapai cita-citanya menjadi seorang Hokage. Dengan berlatih keras, Naruto tidak pantang menyerah dan juga selalu memberi semangat kepada orang-orang di sekitarnya.
Meskipun banyak yang menganggap bodoh, kekanak-kanakan, dan juga ceroboh namun semangat Naruto bisa menjadi api penyemangat orang-orang yang ada di sekitarnya, semangat Konohagakure.
Ia akan sangat tersinggung apabila ada yang menganggap remeh Dese Kelahiranya, bahkan akan melawan sampai musuh itu menarik kata-katanya. Bagi Naruto, Konohagakure adalah alasan terbesar dirinya untuk terus berjuang dan belajar.
Belajar dari Naruto saya kira sangat penting di era globalisasi ini. Bukan berarti kita harus belajar dari kartun atau sosok fiksi, namun kita lebih mengambil nilai nasionalisme Naruto akan cintanya terhadap Desa kelahiranya. Namun adakalanya belajar dari Fiksi juga perlu seperti kata Andre Hirata, "Bukankah kehidupan nyata lebih aneh daripada fiksi."
Radikalisme di kalangan pelajar dewasa ini sangat memprihatinkan. Bahkan tindak kekerasan yang dilakukan anak usia pelajar cenderung meningkat, dan itu dilaterbelakangi oleh perilaku meniru yang didapat dari media. Misalnya kekerasan lewat tawuran dan lain sebagainya.
Generasi kekinian nyatanya kurang bisa memilih mana hal yang perlu dicontoh dan mana yang haya perlu dilihat, hingga akhirnya pemahaman mereka terhadap tontonan salah kaprah dan berujung pada tindakan awut-awutan tak karuan.
Peran lingkungan sangat berpengaruh dalam menetukan perilaku seseorang, hingga benar-benar mampu membentuk karakter pribadinya.
Sudah saatnya kita semua bangkit dan menyadari betapa bangsa ini membutuhkan generasi yang cinta akan tanah air ini. Sudah saatnya generasi muda mulai mengenal Reog agar tidak terjadi perebutan terkait ini milik siapa. Sudah saatnya generasi muda mengenal wayang agar tradisi ini tidak diakui bangsa lain.
Sudah saatnya kita mempelajari sesuatu yang yang ada di kandungan Ibu Pertiwi, sembari kita belajar dari diri sendiri dan orang lain. Akan sangat memalukan apabila kita belajar angklung atau bahasa Jawa dari warga asing. Cintailah Indonesia karena di negeri ini, Anda mau apa semua tersedia
NB : Tulisan ini saya buat dengan emosi karena seorang turis lebih fasih berbahasa Jawa daripada saya.
pernah dimuat di Qureta.com

0 Komentar