Ketika berbicara Pendidikan di Indonesia maka bayangan pertama yang muncul adalah pendidikan kita masih jauh dari layak, bahkan di Asia Tenggara Negeri yang katanya subur ini menempati urutan terendah dari 11 Negara Anggota ASEAN.
“........ setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1) “ pasal yang seolah hanya manis untuk dibaca dan diucapkan namun realitanya jauh dari angan-angan.
Tahun 2005 Jagat Sastra Indonesia digegerkan dengan kemunculan Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, sebuah Novel yang berkisah tentang bebrapa anak yang memiliki semangat belajar meskipun dalam kondisi yang sangat terbatas,
Berlatar di Pulau Belitong pulau yang dikenal dengan keindahan alamnya dan juga kekayaan alamnya namun dibalik keindahan yang disajikan Belitong mempunyai cerita pilu bagi Ikal dan Kawan-kawanya.
Di SD Muhammadiyah Gentong kisah pilu itu dimulai, Ikal, Lintang, Mahar, Harun, dan Kawan-kawan harus berjuang untuk mampu memperoleh pendidikan dalam keterbatasan dengan hanya mengandalkan semangat. Hal yang paling menarik dalam Novel ini adalah tokoh bernama Lintang, seorang anak dari pesisir pantai yang amat sangat cerdas, digambarkan perjuangan Lintang yang harus menempuh perjalanan panjang untuk sampai ke sekolah demi mendapat sesuatu bernama Pendidikan, Lintang bahkan harus mengayuh sepeda butut berpuluh kilo meter jauhnya namun ia selalu menjadi yang terbaik dikelasnya, bahkan berhasil mengharumkan SD Muhammadiyah Gentong dlam lomba Cerdas Cermat, sosok Lintang menjadi realita betapa banyaknya anak bangsa yang sangat ingin mendaptkan sesuatu bernama pendidikan meskipun kadang yang diperoleh generasi bangsa jauh dari kata “Layak”.
Mahar menjadi tokoh kedua dalam Novel ini yang perlu dicermati, seorang dengan bakat alam yang luar biasa darah seni yang mengalir dalam dirinya menjadikan tokoh ini sangat dekat dengan kawan-kawanya, si cerdik dengan bakat seninya mampu mengantarkan Sekolahnya menjadi juara dalam Karnaval tahunan. Mahar menunjukan bahwa bakat anak bangsa sebenarnya sangat beragam hanya saja kurang ter ekspos dan kalupun banyak orang yang tau namun orang akan mempertimbangkan apakah bakat itu layak untuk diekspos atau tidak, sudah berapa karya anak bangsa yang tidak dihargai namun justru dihargai bangsa lain.
Tokoh yang paling menginspirasi dalm novel ini mungkin adalah Bu Mus seorang guru yang sangat sabar mendidik putra putri bangsa, Bu Mus hanya digaji satu Liter Beras setiap Bulan bahkan kadnag tidak sama sekali namun tidak menyurutkan semangat Bu Mus untuk memberikan Ilmu kepada mereka, mencerahkan pandangan anak-anak dengan cahay ilmu, sangat jauh dari Guru di jaman ini yang lebih mementingkan gaji bahkan saling mengejar sertifikasi demi “Gaji” Bu Mus menjadi gambaran betapa dengan keteguhan dan keikhlasan berbagi ilmu yang sesungguhnya dapat mengantarkan pendidikan di Negeri ini lebih baik, bukan dengan Strata Pendidikan Kelas Internasional, Sekolah faforit atau semacamnya, karena sudah terbukti sekolah tidak menjamin seorang murid bisa berlaku baik karena banyak kasus pelecehan seksual, tawuran pelajar, kekerasa justru muncul di lingkungan sekolah.
Lewat Novel Laskar Pelangi saya belajar bagaimana menghargai pendidikan yang selama ini saya dapat yang bisa dikatakan sangat layak dibanding dengan anak-anak laskar pelangi, dan juga belajar memahami bahwa tujuan sekolah sebenarnya adalah mencari ilmu bukan selembar kertas bernama ijazah, semoga novel sederhana ini mampu menginspirasi generasi muda negeri ini agar menata niat dalam menjalani kegiatan bernama “sekolah” dan nantinya mampu membawa perubahan yang baik tentang sistem pendidikan di negeri ini
Novel lain yang banyak mencuri perhatian dan juga sudah difilmkan adalah Negeri 5 Menara Novel karya A.Fuadi ini bahkan menjadi best seller dan sudah mengalami bebrapa kali cetak sama dengan Novel Laskar Pelangi.
Novel ini bercerita tentang Alif Fikri yang bercita-cita ingin melanjutkan ke SMA setelah tamat dari MTs, namun takdir berkata lain ketika Ibunya yang seorang Guru berharap Alif melanjutkan perjuanganya yaitu sekolah Agama, Alif yang sudah bosan bersekolah di Madrasah berharap bisa bersekolah di sekolah Negeri, akhirnya dengan keterpaksaan Alif mengikuti kemauan orangtuanya.
Alif yang sama sekali belum pernah menjejakan kaki di Pulau Jawa harus melalui punggung pulau Jawa selama 3 hari demi mencapi sebuah tempat di Jawa Timur bernama Pondok Pesantren Modern Gontor, ditempat inilah Alif akan belajar selama kurang lebih empat tahun tak sama dengan sekolah umumnya yaitu 3 tahun.
Berawal dari keterpaksaan mengenalkan Alif dengan 5 Kawan yang akan menemani perjuangan mencari Ilmu, hingga pada kelas pertama Alif dibuat terpukau oleh Ustad Salman yang mengajarkan mantera Ajaib yaitu Man Jadda Wa Jada “ Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil” , kalimat inilah yang menjadi awal Alif bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu bahkan dari sinilah Alif mampu menguasai bahasa Inggris dan Bahasa Arab karena memang dalam Pesantren mengajarkan untuk menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab dalam kehidupaan sehari-hari.
Perjalanan mereka mengantarkan mereka mempunyai mimpi bahwa suatu saat nanti mereka akan melanjutukan perjalanan mencari ilmu di Negara yang berbeda dan juga benua yang berbeda dimana dalam setiap Negera itu mempunyai ikon Menara masing-masing hingga semuia sepakat menamai tujuan mereka Negeri 5 Menara dan semanjak saat itu mereka dikenal dengan naman Sohibul Menara.
Ngeri 5 Menara menggambarka optimisme mencari ilmu dimana ilmu sejatinya bisa diperoleh dimana saja bahkan kalau kita sadr setiat detik kita melangkah mengajarkaan sejuta ilmu.
Allah menurunkan Ilmu kepada manuisia untuk dipelajari bukan untuk dijadikan komoditi bisnis, seorang yang bisa berbagi ilmu maka derajatnya akan dinaikan, niatkan belajar hanya untuk mencari Ilmu
0 Komentar