Saya pernah berkelahi, saat SD. Mungkin bagi yang mengenal saya banyak yang meragukan. Apakah saya bisa berkelahi. Tentu itu adalah pertanyaan yang wajar. Dan memang itulah perkelahian pertama saya, perkelahian antar anak ingusan yang hanya asal pukul tanpa tahu teknik. Wajarlah namanya juga anak SD.
Perkelahian itu saya masih ingat dimulai karena masalah apa. Awalnya kami hanya saling ejek namun ternyata ejekan itu merembet dengan membawa nama orang tua saya. Dan entah karena dorongan apa akhirnya saya memukul teman saya terlebih dahulu. Dan seperti yang bisa diduga kami terlibat adu jotos.
Tidak ada muka babak belur dalam perkelahian tersebut. Hanya ada rasa kesal dan bekas cakaran. Juga kami berdua sama-sama menangis, entah karena kami merasa kalah satu sama lain atau karena meluapkan emosi yang tak tertahankan lagi. Bagi kami perkelahian yang akhirnya dileraikan oleh kaka kelas kami cukup membuat kami lega, setidaknya kami tidak perlu berlama-lama saling adu jotos yang sebenarnya sangat lucu daripada terkesan garang.
Setelah perkelahian itu kami akan saling tidak tegur sapa selama sehari, setelah itu pasti kami akan berbaikan lagi, namanya juga anak SD. bahkan kami bisa saling melupakan semua yang pernah terjadi kemarin, tak perlu ditanyakan apakah kami tidak akan mengulangi lagi. Karena namanya juga anak-anak pasti ada masa dimana kita saling ejek dan berantem dan baikan lagi, siklus yang sebenarnya sudah dialami oleh setiap manusia dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dimasa SMP, saat pertama kali masuk sebagai murid baru saya juga pernah berkelahi dengan teman dari lain desa. Gara-gara saya tidak mau menyingkir dari meja yang telah saya tempati. Alhasil kami saling adu jotos. Teman saya merasa hanya karena saya sekolah di sekolah yang berada di kawasan desanya maka dia merasa berhak berbuat semena-mena terhadap anak lainnya yang berasal dari lain desa. Disitulah kadang saya merasa jengkel dengan kelakuan anak seperti itu.
Perkelahian sebenarnya hal yang sangat tidak berfaedah. Hanya kadang memang perlu dilakukan jika itu untuk membela diri dan memang kita tidak merasa bersalah. Namun patut kita contoh dari perilaku anak kecil, hendaknya bisa dengan cepat melupakan peristiwa yang telah berlalu dan bisa saling memaafkan. Masa kecil itu kadang selalu terlintas dalam pikiran saya.
Wonosobo, 17 Januari 2019
0 Komentar