Ada banyak tempat yang pernah saya kunjungi, dan ada yang berkesan dan ada yang meninggalkan kenangan. Salah satu tempat yang pernah saya datangi dan sampai sekarang saya masih ingat adalah museum. Museum yang pertama kali saya datangi adalah museum bernama Monjali(Monumen Jogja Kembali), setidaknya itulah nama yang saya ingat dari guru saya dulu saat masih di TK.
Monumen Jogja Kembali sangat unik bagi saya kala kecil. Bentuknya kerucut, dan saya sering membandingkan dengan "bucu"( nasi yang dikukus membentuk kerucut karena menggunakan cetakan kerucut). Bentuk itulah yang membuat saya masih ingat hingga kini. Bahkan ketika beberapa kali saya ke Jogja dan melewati Monjali saya akan secara otomatis mengingat masa pertama kali saya mengunjunginya.
Masa kecil saya saat mengunjungi museum adalah melihat benda-benda kono dan antik. Ternyata di museum tidak ada tulang raksasa dinosaurus, atau mumi seperti yang ada di dalam film yang saya tonton. Di museum itu yang saya lihat adalah patung-patung berisi adegan yang saya tidak tahu menggambarkan apa. Meskipun didepan patung tersebut ada tulisan yang berisi penjelasan tentang apa adegan tersebut. Patung yang menggambarkan suatu peristiwa yang dibuat dan dipajang dalam museum kelak saya tahu bernama diorama.
Namun belakangan saya tahu bahwa adegan-adegan yang ada dalam museum tersebut menggambarkan perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan dan merebut kemerdekaan Indonesia. Saya tidak mengingat betul tapi kalau tidak salah ada miniatur lubang buaya, tempat eksekusi para jenderal oleh komunis yang kemudian kelak mereka disebut sebagai pahlawan revolusi.
Museum Monjali adalah museum pertama yang saya datangi. Dan semenjak saya datang pertama kali waktu TK dulu, sampai kini saya belum pernah mengunjungi monumen tersebut. Beberapa kali melewati Monjali ada keinginan untuk melihat kembali apa yang ada didalamnya, namun entah kenapa selalu urung.
Museum di negeri ini mungkin menjadi tempat wisata yang kurang menarik untuk dikunjungi. Entah karena tampilannya yang kurang menarik minat pengunjung atau memang masyarakat kita yang kurang sadar akan pentingnya mengingat sejarah. Bandingkan di luar negeri dimana museum dibangun megah untuk menarik minat pengunjung. Hal seperti itu saya kira patut menjadi perhatian kita semua agar kelak genarasi yang akan datang tidak melupakan peristiwa yang pernah terjadi di negeri ini.
Dalam sebuah buku yang saya baca ada kalimat "penghancuran buku-buku pada akhirnya akan menghancurkan sebuah bangsa", namun mungkin perlu saya tambahi jika ingin menghancurkan sebuah bangsa maka bakarlah buku-buku dan museum, agar kelak tidak ada yang identitas yang tertinggal dari sebuah bangsa. Bukan berarti saya menyarankan hal tersebut, lebih kepada agar masyarakat dapat menghargai sebuah buku dan sebuah tempat bernama museum.
Wonosobo, 16 Januari 2019
0 Komentar