Ada keraguan saat pertama kali saya memasuki sebuah tempat bernama Gereja. Tempat ibadah untuk umat Kristen dan Katolik. Keraguan itu begitu kuat, meskipun saya tidak sendirian ada beberapa teman yang datang bersama. Kami datang ke gereja bukan untuk beribadah, namun memenuhi undangan dari GKJ (Gereja Kristen Jawa) Wonosobo untuk puncak peringatan malam Natal dan tahun baru.
Saya masih teringat kalimat seorang ustadz di desa saya yang mengatakan bahwa "jika kamu. berbuat sesuatu yang sama dengan sesuatu kaum maka kamu termasuk golongan mereka", kurang lebih seperti itu kalimatnya. Dan itulah yang membuat saya ragu untuk memasuki bangunan tersebut. Jauh sebelumnya, dirumah saya juga sudah diambang kegelisahan antara mau datang atau tidak. Kalau saya tidak datang setidaknya saya harus membuat alasan yang cukup kuat untuk mangkir dari janji yang sudah saya sepakati bersama teman-teman. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk datang, dan didepan Gereja terjadilah kebimbangan.
Seorang kawan yang saya tahu juga belum pernah memasuki Gereja dengan tekad yang kuat akhirnya memberikan diri untuk memasuki tempat ibadah umat Kristen tersebut. Keberanian yang muncul dengan cara dipaksakan tersebut ternyata menghasilkan tekad yang kuat pula pada kami teman-teman dibelakangnya. Dan akhirnya saya dan teman-teman memasuki sebuah Gereja untuk kali pertama.
Kami disambut dengan ramah oleh jemaat yang menunggu didepan Gereja. Kami bersalaman selayaknya saudara saat hendak memasuki sebuah ruangan dalam sebuah acara. Tampilkan kami yang berpeci dan juga ada teman kami yang bersarung, membuat heran banyak orang yang ada didalam. Ketika kami hendak menuju kursi yang disediakan banyak tatapan heran, seolah berniat untuk menghakimi kami, maklum itu pertama kali saya dan teman-teman hadir ditengah-tengah saudara yang berbeda agama.
Didalam Gereja, sudah mulai pertunjukan drama kolosal. Menampilkan sebuah pertunjukan akting dan juga nyanyian. Hingga acara inti yaitu drama proses penyaliban sang juru selamat (dalam ajaran mereka). Tiba-tiba keheningan menyelimuti seluruh ruangan, dan saat saya melirik ke kanan dan kiri saya, banyak saya dapati wajah sedih yang tak kuasa menahan haru, bahkan beberapa tak segan menangis dengan terisak-isak pula.
Ketika adegan penyaliban berlangsung, tiba-tiba ingatan saya kembali kepada sebuah film. Film berjudul "?" (Tanda Tanya). Yang mana dalam film tersebut tepat ketika adegan penyaliban seorang Banser berlari membawa bom untuk menyelamatkan banyak nyawa yang ada di dalam gereja. Entah saking belum pernahnya masuk ke gereja hingga saya berfikiran andaikan saja itu juga terjadi kepada kami disini apa jadinya aku dan teman-teman. Diluar gereja banyak polisi sedang berjaga.
Hingga acara selesai, akhirnya kami berpamitan kepada pastor dan jemaat GKJ Wonosobo. Kami bersalaman dan mereka mengucapkan banyak terimakasih atas kehadiran kami, saudara yang sudi untuk bersuka cita terhadap hari raya mereka. Dalam acara tersebut MC tiba-tiba mengucapkan terimakasih atas kehadiran kami dari Kaum Muda NU, dan banyak mendapatkan sorak gembira dari para hadirin.
Setelah sampai rumah, saya masih membayangkan banyak hal. Apakah saya benar-benar sudah murtad dengan saya memasuki sebuah Gereja meskipun disana saya tidak beribadah?, dan juga pertanyaan lain yang tiba-tiba muncul dalam benak saya. Gereja yang pertama saya masuki menyadarkan saya betapa Tuhan bisa hadir dalam bermacam bentuk, tempat, dan suasana. Tiba-tiba kalimat dari Gus Dur terngiang dalam benak saya "Mereka yang bukan saudaramu dalam hal keyakinan, adalah saudara dalam hal kemanusiaan".
Wonosobo, 8 Januari 2019
0 Komentar