Pengajian, dalam arti saya kecil hingga sekarang adalah suatu kegiatan dimana ada keramaian dan ada sanak saudara yang menyuruh/mengundang kita untuk mampir, selain untuk silaturahim dan makan tentunya. Maka makna pengajian yang ada kiai/ustadz ceramah dan berkumpul dalam sebuah majelis jauh dari arti pengertian saya, bahkan hingga kini, meskipun itu juga hal yang umum dipahami bagi kebanyakan orang.
Di kecamatan saya sendiri setiap pengajian di beberapa desa punya tradisi tersendiri. Entah itu setelah pengajian dilakukan dangdut, wayang, campursari, atupun kegiatan lainnya yang berupa hiburan. Dan setiap pengajian selalu punya titi mangsa atau waktu tersendiri. Biasanya Desa-desa mengadakan pengajian pada bulan Maulud atau bulan Syaban. Pada bulan-bulan itulah biasanya undangan untuk datang ke sanak saudara berdatangan, dan akhirnya mau tak mau(padahal mau) saya datang, tentunya bukan untuk pengajian tapi lebih kepada makan-makan.
Ada beberapa tipe pengajian yang dilakukan oleh tiap-tiap Desa. Dari tipe Besar(A), sedang (B), lumayan (Z). Tipe A biasanya mengadakan pengajian dengan sangat mewah, semisal pengajian dilakukan pada tanggal 7, maka sebelum tanggal tersebut dan sesudah tanggal tersebut akan ada kegiatan pra dan pasca, bahkan bisa dikatakan suatu Minggu full kegiatan dilakukan, baik itu kegiatan berupa hiburan maupun atas inisiatif warga. Sedangkan untuk tipe B biasanya dilakukan dengan hanya fokus pada hari tersebut dengan perayaan full pada hari tersebut, untuk tipe Z yang ala kadarnya, rasanya tak perlu dibahas. Maklum siapa tau ada diantara yang baca ini Desa nya termasuk penyelenggara tipe Z, kan nggak enak saya.
Selain itu pengajian dinilai mewah bukan cuma dari jumlah hari penyelenggaraan, tapi dari siapa penceramah yang diundang. Semakin kondang penceramah yang diundang dan datang tentunya, maka sebuah Desa/pihak penyelenggara akan dianggap waahhh oleh para hadirin, dan juga akan menjadi perbincangan oleh desa-desa sekitar selama beberapa hari kedepan.
Di dalam setiap pengajian, apalagi ketika pelaksanaan banyak para pedagang yang berjualan, dari pedagang makanan kecil, jajanan anak-anak, pedagang mainan, pedagang pakaian, bahkan pedagang hewan peliharaan juga ada. Hingga bisa dikatakan ketika ada acara pengajian maka ada pula pasar dadakan. Dan bagi para orang tua biasanya akan sangat berhati-hati ketika mengajak anak-anaknya saat memasuki area pedagang mainan, karena selain anak-anak akan meminta dibelikan tentu harganya juga mendadak naik, namanya juga pasar dadakan. Jangan tanyakan ibu-ibu suka pada ngloyor kemana.
Pengajian selain memberikan manfaat berupa ikatan silaturahim yang terjaga, selain momen lebaran atau hari raya juga memberikan hiburan tersendiri bagi kaum marjinal dan uhuk....(kaum...emmmm), yang jelas pengajian selalu memberikan hal baru dalam setiap pelaksananya, entah itu berupa konsep baru yang bisa diterapkan di Desa lainnya, atau ilmu baru yang didapatkan dari sang penceramah.
Hanya saja, akankah seiring berjalannya waktu pengajian menjadi ajang suatu Desa dianggap maju atau tidak dengan tipe pengajian yang diadakan. Kalaupun iya maka alangkah jauhnya pelaksanaan yang seharusnya diniatkan untuk ibadah tapi malah menjadi ajang untuk saling memperlihatkan manakah Desa yang terbaik atau tidak dengan melihat tipe penyelenggaraannya.
Wonosobo, 5 Januari 2019
0 Komentar